Intervensi Iklim Dapat Mengurangi Tingkat Protein pada Tanaman Pokok

31

Sebuah studi baru yang diterbitkan dalam Environmental Research Letters mengungkapkan potensi efek samping intervensi aerosol stratosfer (SAI), sebuah teknik yang diusulkan untuk mendinginkan planet ini: berkurangnya kandungan protein pada tanaman pangan utama. Para ilmuwan kini bergulat dengan pertanyaan apakah manfaat SAI lebih besar daripada risikonya, termasuk potensi dampak signifikan terhadap nutrisi global.

Memahami Intervensi Aerosol Stratosfer (SAI)

SAI, terkadang disebut sebagai solar geoengineering, bertujuan untuk meniru efek pendinginan letusan gunung berapi. Konsep ini melibatkan pelepasan sulfur dioksida ke stratosfer, di mana ia berubah menjadi partikel asam sulfat mikroskopis. Partikel-partikel ini membentuk lapisan tipis yang memantulkan sebagian kecil sinar matahari yang masuk, sehingga secara efektif menurunkan suhu global. Pendekatan ini dipandang oleh sebagian orang sebagai alat yang potensial untuk memitigasi dampak terburuk perubahan iklim, terutama jika pengurangan emisi terbukti tidak cukup.

Memodelkan Dampak terhadap Tanaman Global

Para peneliti di Universitas Rutgers menggunakan model iklim dan tanaman yang canggih untuk menguji bagaimana SAI akan berdampak pada tingkat protein pada empat tanaman utama: jagung, beras, gandum, dan kedelai. Tanaman-tanaman ini merupakan sumber utama karbohidrat bagi sebagian besar penduduk dunia, namun tanaman ini juga menyediakan sebagian besar protein makanan mereka.

Studi tersebut menemukan interaksi kompleks antara peningkatan kadar karbon dioksida, suhu, dan nutrisi tanaman. Meskipun peningkatan konsentrasi CO2 umumnya menurunkan kandungan protein pada tanaman, suhu yang lebih tinggi cenderung meningkatkan kandungan protein tersebut. SAI akan melawan efek pemanasan, yang berarti dampak negatif peningkatan CO2 pada kadar protein tidak akan dapat diimbangi, sehingga menyebabkan penurunan protein secara keseluruhan.

Dampak Tidak Merata dan Kerentanan Wilayah

Model tersebut menunjukkan bahwa dampak SAI terhadap protein tanaman akan sangat bervariasi di berbagai wilayah. Penurunan terbesar diperkirakan terjadi di negara-negara yang sudah menghadapi malnutrisi dan kekurangan protein, yang berpotensi memperburuk tantangan ketahanan pangan yang ada. Efek yang terlokalisasi ini menyoroti distribusi risiko dan manfaat yang tidak merata terkait SAI.

SAI tidak akan bisa mengatasi dampak perubahan iklim secara sempurna; hal ini justru akan menciptakan iklim baru yang memisahkan hubungan antara CO2 dan suhu permukaan. Hal ini kemungkinan besar akan mengurangi kandungan protein tanaman, dan berdampak pada ekologi tanaman dengan cara lain yang belum sepenuhnya kita pahami. – Brendan Clark, mantan mahasiswa doktoral, Universitas Rutgers

Kebutuhan Mendesak untuk Penelitian Lebih Lanjut

Penulis penelitian ini menekankan perlunya lebih banyak studi lapangan dan penyempurnaan model untuk lebih memahami potensi konsekuensi SAI. Mereka memperingatkan bahwa penerapan SAI tanpa penilaian menyeluruh terhadap dampaknya dapat menimbulkan dampak yang tidak diinginkan dan berpotensi membahayakan sistem pangan global. Pertanyaan inti yang mereka ajukan adalah apakah prospek berkurangnya pemanasan global membenarkan penerimaan potensi trade-off ini.

Apakah kita bersedia menanggung semua dampak potensial ini untuk mengurangi pemanasan global? Itulah pertanyaan yang ingin kami tanyakan di sini. – Alan Robock, Profesor Terhormat, Universitas Rutgers

Tim peneliti, yang terdiri dari ilmuwan dari Cornell University, NASA, Columbia University, dan National Center for Atmospheric Research, menggarisbawahi kompleksitas geoengineering dan perlunya pendekatan pengambilan keputusan yang ketat dan berbasis data. Jelas bahwa setiap pertimbangan terhadap SAI harus mempertimbangkan tidak hanya potensinya untuk mendinginkan bumi, namun juga potensi dampaknya terhadap tanaman pangan penting dan populasi yang bergantung pada tanaman pangan tersebut untuk memenuhi kebutuhan pangannya.